Minggu, 16 Februari 2014

Mengenal Kabupaten Luwu (1)


ISTANA DATU LUWU pada masa Hindia Belanda. Luwu kini sudah terbagi empat kabupaten dan kota, yaitu Kabupaten Luwu, Kabupaten Luwu Timur, Kabupaten Luwu Utara, dan Kota Palopo. Kabupaten Luwu kemungkinan besar masih akan dimekarkan dengan membentuk Kabupaten Luwu Tengah, yang diambil dari Kecamatan Lamasi Timur, Kecamatan Walenrang, Kecamatan Walenrang Utara, Kecamatan Walenrang Barat, dan Kecamatan Walenrang Timur. (int)




Mengenal Kabupaten Luwu (1):


Asal Usul ‘Luwu’



Oleh: Asnawin Aminuddin

Kerajaan Luwu merupakan kerajaan tertua di Sulawesi Selatan dengan wilayah yang meliputi Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur serta Kota Palopo, Tana Toraja, Kolaka (Sulawesi Tenggara) hingga Poso (Sulawesi Tengah).

Penamaan kerajaan ‘Luwu’ sudah dikenal sejak abad ke-13 ketika masa pemerintahan raja pertama periode Lontara. Dalam sejarah Luwu dikenal ada dua periode; periode Galigo, dan periode Lontara.

Masa periode Galigo disesuaikan dengan sumber tradisi buku sastra kuno ‘I La Galigo’ yang ditemukan BF Matthes di tahun 1888. Periode ini digolongkan oleh RA Kern, seorang ahli sejarah berkebangsaan Belanda sebagai masa prasejarah. Bahkan sebagian lagi menyebutnya ‘pseude history’ atau masa sejarah semu.

Dari buku I La Galigo disebutkan ada tiga tempat; Wara, Luwu, dan Wewangriu yang sering dipersamakan dengan Tompotikka.

Sanusi Daeng Mattata, penulis buku Luwu dalam Revolusi, menyebutkan kata Luwu itu berasal dari kata ‘riulo’ yang artinya diulurkan dari atas. Penamaan ini dikaitkan dengan tradisi lisan yang disakralkan di Tana Luwu. Dari tradisi lisan disebutkan, bumi ini diulurkan dari langit, dihamparkan, kemudian ditaburi dengan kekayaan alam yang melimpah.

Asal usul penamaan Luwu juga dari kata malucca (bahasa bugis ware’) atau malutu (bahasa palili’) yang artinya keruh atau gelap. Makna keruh di sini yakni penuh dengan isi, laksana warna air sungai yang banjir. Gelap ditafsirkan hutan rimba belantara yang diselingi hutan sagu di sekitar pantai. Maka dari malucca dan malutu disederhanakan pengucapannya menjadi malu’, hingga seterusnya terdengar seperti lu’ atau luwu.

Kata ‘Luwu’ atau Lu’ juga dapat dihubungkan dengan kata laut. Hal ini seperti yang diungkapkan C Salombe, seorang budayawan Tana Toraja dalam bukunya; Orang Toraja dengan Ritusnya yang diterbitkan di tahun 1972.

C Salombe menyebut dalam bukunya, Lu’ berasal dari kata lau' yang artinya laut, yang dapat pula dipersamakan dengan timur. Salombe juga menulis, kata Toraja itu merupakan penyebutan orang Luwu kepada orang yang berdiam di daerah pegunungan atau di sebelah barat . To Raja atau To Riaja bermakna orang di atas atau di sebelah barat.

Sebaliknya, Luwu atau Lu’ merupakan penyebutan orang Toraja kepada yang bermukim di bagian pesisir pantai atau di sebelah timur atau di dataran rendah. Pendapat ini dipertegas pula oleh Andi Zainal Abidin, seorang penulis sejarah dan budaya Bugis. Dia menegaskan, Luwu bermakna wilayah pinggir laut, sehingga Luwu disebut pula sebagai kerajaan pantai Luwu, karena merupakan kerajaan pertama yang meliputi sepanjang pantai Sulawesi yang mempersatukan wilayah mulai dari Gorontalo di utara hingga Selayar di wilayah selatan.

------------
Sumber referensi:
- "Awal Mula Berdirinya Kerajaan Luwu", http://adhanbugis.blogspot.com/2013/12/awal-mula-berdirinya-kerajaan-luwu.html, Kamis, 19 Desember 2013
- "Asal Usul ‘Luwu’", http://luwukab.go.id/?page_id=19
- "Datuk Patimang", http://id.wikipedia.org/wiki/Datuk_Patimang
- "Geografis", http://luwukab.go.id/?page_id=26
- "Kabupaten Luwu", http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Luwu
- "Keadaan Iklim", http://luwukab.go.id/?page_id=28
- "Sawerigading", http://id.wikipedia.org/wiki/Sawerigading
- "Sejarah Kerajaan Luwu", http://ferrummm.blogspot.com/2013/09/sejarah-kerajaan-luwu.html
- "Sejarah Tanah Luwu", http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Tanah_Luwu
- "Sekilas Luwu", http://luwukab.go.id/?page_id=17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar