“Sebagai anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga Muhammadiyah, saya tentu sudah cukup kenal organisasi ini. Saya sudah mengenal Muhammadiyah sejak SMP, karena aktif berlatih beladiri di Tapak Suci. Ayah memperkenalkan saya kepada pengurus Muhammadiyah dan mengikutkan saya dalam berbagai kegiatan di Muhammadiyah. Saya ikhlas mengabdi dan berbuat untuk umat melalui Muhammadiyah.”
- Yunan Yunus Kadir -
(Bendahara Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel)
-----------
PEDOMAN KARYA
Senin, 22 Februari 2016
Namanya langsung menjadi pembicaraan di kalangan Muhammadiyah Sulawesi Selatan setelah lolos menjadi pengurus harian Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel masa bakti 2015-2020 yang dilantik pada 30 Januari 2016.
Bukan karena usianya masih terlalu muda (lahir di Parepare, 28 Juni 1979) untuk dipanggil “ayahanda” sebagai pengurus harian Muhammadiyah, melainkan karena para pengurus dan kader Muhammadiyah umumnya memang tidak mengenal sosok Yunan Yunus Kadir.
Pengurus dan kader Muhammadiyah hanya mengenal ayahnya, almarhum Yunus Kadir, karena sang ayah pernah menjadi Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Tana Toraja, dan juga pernah menjadi pengurus harian Muhammadiyah Sulsel, tetapi sosok Yunan Yunus Kadir nyaris tidak dikenal.
Lalu, bagaimana sikap dan apa tanggapannya mengenai banyaknya sorotan yang mengarah kepada dirinya?
“Sebagai anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga Muhammadiyah, saya tentu sudah cukup kenal organisasi ini. Saya sudah mengenal Muhammadiyah sejak SMP, karena aktif berlatih beladiri di Tapak Suci,” kata Yunan, dalam bincang-bincang dengan“Pedoman Karya”, seusai pelantikan di kampus Unismuh Makassar, Sabtu, 30 Januari 2016.
Selain melalui Tapak Suci, Yunan juga diperkenalkan kepada Muhammadiyah dengan cara diikutkan dalam berbagai kegiatan di persyarikatan Muhammadiyah.
“Ayah memperkenalkan saya kepada pengurus Muhammadiyah dan mengikutkan saya dalam berbagai kegiatan di Muhammadiyah. Amanah dari ayah, bukan hanya tentang Muhammadiyah, melainkan juga keluarga,” paparnya.
Dia mengaku terpanggil menjadi pengurus setelah ayahnya meninggal dunia (pada 1 Desember 2013), karena ingin melanjutkan perjuangan sang ayah untuk mengurus umat melalui persyarikatan Muhammadiyah.
“Maka ketika saya diminta menjadi pengurus, saya langsung mengatakan siap. Saya bilang, saya ditempatkan dimana saja, saya siap, tapi ternyata saya terpilih sebagai pengurus harian,” ujarnya.
Soal sorotan banyak pihak karena dirinya boleh dikatakan tidak dikenal di Muhammadiyah tetapi tiba-tiba menjadi pengurus harian, Yunan mengatakan, sorotan itu wajar-wajar saja.
“Yang penting, saya ikhlas mengabdi dan berbuat untuk umat melalui Muhammadiyah,” katanya.
Yunan mengaku tak pernah melupakan, bahkan selalu mengingat kata-kata almarhum ayahnya mengenai keaktifannya di Muhammadiyah.
“Ada satu hal yang selalu ditekankan ayahanda. Beliau mengatakan, jangan pernah takut miskin kalau untuk (membantu) Muhammadiyah. Kalimat itu sering diulang-ulang,” ungkap pria yang meneruskan kepemimpinan di perusahaan-perusahaan ayahnya di bawah bendera Gasing Sulawesi Group.
Ia mengaku tak mungkin mampu menyamai ayahnya sebagai kader dan pengurus Muhammadiyah, tetapi ia berjanji akan melakukan yang terbaik untuk Muhammadiyah.
Yunus Kadir, kata sang anak, Yunan Yunus Kadir, juga sering menyampaikan agar anak-anaknya tidak takut miskin kalau membantu untuk kepentingan umum.
“Beliau itu unik. Gereja pun dibantu. Beliau bilang, semua orang (yang membutuhkan bantuan) harus dibantu,” ungkapnya.
Uniknya lagi, kata Yunan, meskipun sering membantu orang, bukan berarti ayahnya sudah bebas dari cobaan atau godaan. Malah sebaliknya, ayahnya cukup sering kena tipu, baik dalam pergaulan sehari-hari, maupun dalam persaingan bisnis.
“Beliau itu manusia komplit. Beliau sering kena tipu, tetapi tak pernah marah atau membalas perlakuan orang lain kepadanya. Beliau selalu bilang, jangan rusak keikhlasan saya. Beliau tak pernah mau mengganggu bisnis orang lain. Beliau tidak mau bersaing, tetapi lebih memilih membuka usaha baru,” papar Yunan.
Jangan Setengah-setengah
Ayah tiga anak dan suami dari Arni Sabri mengatakan, dirinya banyak belajar dari sang ayah. Namun ia mengakui bahwa semasa masih sekolah, dirinya tidak terlalu serius belajar.
Melihat dirinya yang tidak menampakkan keseriusan dalam belajar, sang ayah pernah mengeluarkan kata-kata yang cukup tegas dan bernada mengancam.
“Beliau bilang, kalau kamu mau jadi anak nakal, saya sekalian mau dengar kabar bahwa kamu masuk penjara, tetapi kalau kamu mau jadi orang baik, jangan setengah-setengah,” ungkap Yunan.
Kata-kata ayahnya itu sangat membekas dan itulah yang memacu semangat belajarnya saat kuliah pada jurusan Teknik Mesin Universitas Trisakti, Jakarta. Yunan masuk kuliah pada tahun 1997 dan menyelesaikan kuliahnya pada 2002.
“Sombong dan munafik. Itulah yang paling dibenci oleh ayah,” katanya.
Yunan mengaku pernah kena damprat dari sang ayah ketika ada karyawannya terlambat makan siang.
“Ayah sangat marah kepada saya ketika itu. Beliau bilang, pimpinan tidak boleh membiarkan ada anak buahnya kelaparan,” ungkapnya.
Hingga akhir hayatnya, Yunus Kadir telah memiliki banyak perusahaan, antara lain PT Cinta Jaya yang bergerak di bidang Pertambangan di Bantaeng, PT Sultra Raya Tambang yang bergerak di bidang Hasil Tambang Aspal di Sulawesi Tenggara, PT Marannu City Hotel (MCH) Toraja yang bergerak di bidang perhotelan di Tana Toraja, dan PT Minangah Gasing Sulawesi yang bergerak di bidang Pelayaran.
Nama perusahaan yang terakhir ini dipakai sebagai nama group perusahaan yang ia miliki Gasing Sulawesi Group. Nama Gasing diambil dari nama tempat di Tana Toraja, yakni Lembang Gasing, di Kecamatan Mengkendek, Kabupaten Tana Toraja).
“Saya melihat, apa yang beliau dapatkan selama ini, itu tidak terlepas dari keikhlasannya berbuat untuk umat melalui Muhammadiyah,” kata Yunan. (win)
------
@copyright Majalah PEDOMAN KARYA, Edisi 2, Vol. II, Februari 2016
---------
http://www.pedomankarya.co.id/2016/02/yunan-yunus-kadir-ikhlas-mengabdi-dan.html
----
Senin, 22 Februari 2016
Yunan Yunus Kadir:
Ikhlas Mengabdi dan Berbuat untuk Umat
Namanya langsung menjadi pembicaraan di kalangan Muhammadiyah Sulawesi Selatan setelah lolos menjadi pengurus harian Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel masa bakti 2015-2020 yang dilantik pada 30 Januari 2016.
Bukan karena usianya masih terlalu muda (lahir di Parepare, 28 Juni 1979) untuk dipanggil “ayahanda” sebagai pengurus harian Muhammadiyah, melainkan karena para pengurus dan kader Muhammadiyah umumnya memang tidak mengenal sosok Yunan Yunus Kadir.
Pengurus dan kader Muhammadiyah hanya mengenal ayahnya, almarhum Yunus Kadir, karena sang ayah pernah menjadi Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Tana Toraja, dan juga pernah menjadi pengurus harian Muhammadiyah Sulsel, tetapi sosok Yunan Yunus Kadir nyaris tidak dikenal.
Lalu, bagaimana sikap dan apa tanggapannya mengenai banyaknya sorotan yang mengarah kepada dirinya?
“Sebagai anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga Muhammadiyah, saya tentu sudah cukup kenal organisasi ini. Saya sudah mengenal Muhammadiyah sejak SMP, karena aktif berlatih beladiri di Tapak Suci,” kata Yunan, dalam bincang-bincang dengan“Pedoman Karya”, seusai pelantikan di kampus Unismuh Makassar, Sabtu, 30 Januari 2016.
Selain melalui Tapak Suci, Yunan juga diperkenalkan kepada Muhammadiyah dengan cara diikutkan dalam berbagai kegiatan di persyarikatan Muhammadiyah.
“Ayah memperkenalkan saya kepada pengurus Muhammadiyah dan mengikutkan saya dalam berbagai kegiatan di Muhammadiyah. Amanah dari ayah, bukan hanya tentang Muhammadiyah, melainkan juga keluarga,” paparnya.
Dia mengaku terpanggil menjadi pengurus setelah ayahnya meninggal dunia (pada 1 Desember 2013), karena ingin melanjutkan perjuangan sang ayah untuk mengurus umat melalui persyarikatan Muhammadiyah.
“Maka ketika saya diminta menjadi pengurus, saya langsung mengatakan siap. Saya bilang, saya ditempatkan dimana saja, saya siap, tapi ternyata saya terpilih sebagai pengurus harian,” ujarnya.
Soal sorotan banyak pihak karena dirinya boleh dikatakan tidak dikenal di Muhammadiyah tetapi tiba-tiba menjadi pengurus harian, Yunan mengatakan, sorotan itu wajar-wajar saja.
“Yang penting, saya ikhlas mengabdi dan berbuat untuk umat melalui Muhammadiyah,” katanya.
Yunan mengaku tak pernah melupakan, bahkan selalu mengingat kata-kata almarhum ayahnya mengenai keaktifannya di Muhammadiyah.
“Ada satu hal yang selalu ditekankan ayahanda. Beliau mengatakan, jangan pernah takut miskin kalau untuk (membantu) Muhammadiyah. Kalimat itu sering diulang-ulang,” ungkap pria yang meneruskan kepemimpinan di perusahaan-perusahaan ayahnya di bawah bendera Gasing Sulawesi Group.
Ia mengaku tak mungkin mampu menyamai ayahnya sebagai kader dan pengurus Muhammadiyah, tetapi ia berjanji akan melakukan yang terbaik untuk Muhammadiyah.
Yunus Kadir, kata sang anak, Yunan Yunus Kadir, juga sering menyampaikan agar anak-anaknya tidak takut miskin kalau membantu untuk kepentingan umum.
“Beliau itu unik. Gereja pun dibantu. Beliau bilang, semua orang (yang membutuhkan bantuan) harus dibantu,” ungkapnya.
Uniknya lagi, kata Yunan, meskipun sering membantu orang, bukan berarti ayahnya sudah bebas dari cobaan atau godaan. Malah sebaliknya, ayahnya cukup sering kena tipu, baik dalam pergaulan sehari-hari, maupun dalam persaingan bisnis.
“Beliau itu manusia komplit. Beliau sering kena tipu, tetapi tak pernah marah atau membalas perlakuan orang lain kepadanya. Beliau selalu bilang, jangan rusak keikhlasan saya. Beliau tak pernah mau mengganggu bisnis orang lain. Beliau tidak mau bersaing, tetapi lebih memilih membuka usaha baru,” papar Yunan.
Jangan Setengah-setengah
Ayah tiga anak dan suami dari Arni Sabri mengatakan, dirinya banyak belajar dari sang ayah. Namun ia mengakui bahwa semasa masih sekolah, dirinya tidak terlalu serius belajar.
Melihat dirinya yang tidak menampakkan keseriusan dalam belajar, sang ayah pernah mengeluarkan kata-kata yang cukup tegas dan bernada mengancam.
“Beliau bilang, kalau kamu mau jadi anak nakal, saya sekalian mau dengar kabar bahwa kamu masuk penjara, tetapi kalau kamu mau jadi orang baik, jangan setengah-setengah,” ungkap Yunan.
Kata-kata ayahnya itu sangat membekas dan itulah yang memacu semangat belajarnya saat kuliah pada jurusan Teknik Mesin Universitas Trisakti, Jakarta. Yunan masuk kuliah pada tahun 1997 dan menyelesaikan kuliahnya pada 2002.
“Sombong dan munafik. Itulah yang paling dibenci oleh ayah,” katanya.
Yunan mengaku pernah kena damprat dari sang ayah ketika ada karyawannya terlambat makan siang.
“Ayah sangat marah kepada saya ketika itu. Beliau bilang, pimpinan tidak boleh membiarkan ada anak buahnya kelaparan,” ungkapnya.
Hingga akhir hayatnya, Yunus Kadir telah memiliki banyak perusahaan, antara lain PT Cinta Jaya yang bergerak di bidang Pertambangan di Bantaeng, PT Sultra Raya Tambang yang bergerak di bidang Hasil Tambang Aspal di Sulawesi Tenggara, PT Marannu City Hotel (MCH) Toraja yang bergerak di bidang perhotelan di Tana Toraja, dan PT Minangah Gasing Sulawesi yang bergerak di bidang Pelayaran.
Nama perusahaan yang terakhir ini dipakai sebagai nama group perusahaan yang ia miliki Gasing Sulawesi Group. Nama Gasing diambil dari nama tempat di Tana Toraja, yakni Lembang Gasing, di Kecamatan Mengkendek, Kabupaten Tana Toraja).
“Saya melihat, apa yang beliau dapatkan selama ini, itu tidak terlepas dari keikhlasannya berbuat untuk umat melalui Muhammadiyah,” kata Yunan. (win)
------
@copyright Majalah PEDOMAN KARYA, Edisi 2, Vol. II, Februari 2016
---------
http://www.pedomankarya.co.id/2016/02/yunan-yunus-kadir-ikhlas-mengabdi-dan.html
----
Tidak ada komentar:
Posting Komentar