Potensi dan kompetisi merupakan sunnatullah. Karena itu, setiap potensi dan juga daya kompetisi perlu dimaknai secara jujur dan tepat, termasuk beragam potensi yang dimiliki Indonesia, berikut daya kompetisi Indonesia, khususnya dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
- AM Iqbal Parewangi -
(Anggota DPD RI Dapil Sulawesi Selatan)
---------
Iqbal Parewangi: Potensi dan Kompetisi Merupakan Sunnatullah
- Sosialisasi 4 Konsensus MPR RI di Bulukumba
Bulukumba, (Pedoman Karya).
Potensi dan kompetisi merupakan sunnatullah. Karena itu, setiap potensi dan juga daya kompetisi perlu dimaknai secara jujur dan tepat, termasuk beragam potensi yang dimiliki Indonesia, berikut daya kompetisi Indonesia, khususnya dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
“Potensi Indonesia sangat besar, hanya saja daya kompetisi kita masih miris. Tahun 2014 misalnya, penduduk Indonesia 40,5 persen dari populasi ASEAN, dengan PDB 33,5 persen dari PDB ASEAN, akan tetapi total perdagangan kita hanya 14 persen dari total perdagangan ASEAN,” urai Anggota DPD – MPR RI asal Daerah Sulawesi Selatan, AM Iqbal Parewangi.
Pernyataan tersebut disampaikan Iqbal pada acara “Sosialisasi 4 Konsensus MPR RI”, di Kabupaten Bulukumba, Rabu, 27 Oktober 2015. Sosialiasasi bertema “Indonesia Berkemajuan dan 4 Konsensus MPR RI”, dihadiri kurang lebih 150 peserta dari berbagai unsur, antara lain dari Muhammadiyah, Aisyiyah, Nasyiatul Aisyiyah, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, guru-guru, dan mahasiswa.
Menurut Iqbal, salah satu akar masalah dari masih mirisnya daya saing Indonesia, yaitu rendahnya tingkat pendidikan rata-rata tenaga kerja Indonesia. Sebanyak 67 persen tenaga kerja kita berpendidikan SMP ke bawah, sementara pengangguran di ASEAN 79 persen SMP ke bawah.
“Artinya, dari sisi pendidikan, yang kita sebut tenaga kerja di Indonesia itu masuk kategori pengangguran di ASEAN. Lebih miris lagi jika dibandingkan dengan Malaysia, Singapura, dan Filipina, pengangguran di tiga negara tetangga kita itu 80 persen lulusan SMA dan Perguruan Tinggi,” tuturnya.
Fakta besarnya, lanjut dia, yaitu masih rendahnya daya saing Indonesia di antara negara-negara ASEAN, apalagi di dunia internasional, dan itu merupakan tantangan serius bangsa ini ke depan.
“Jika potensi populasi besar itu tidak ditingkatkan daya saingnya, Indonesia hanya akan jadi pasar empuk bagi negara lain. Begitu pun dengan potensi besar di balik PDB itu, tanpa SDM kompetitif negeri kita akan terus-menerus jadi lahan eksploitasi semata. Maka wajar jika bermunculan gagasan-gagasan kepedulian dari berbagai elemen masyarakat, seperti gagasan dari Muhammadiyah tentang Indonesia berkemajuan,” tandas Iqbal.
Di bagian akhir dari pengantar sosialisasinya, sekaligus untuk mengawali sesi dialog, Iqbal melontarkan pertanyaan: “Perlu kita telisik, apa sebenarnya yang kita maksud dengan istilah Indonesia Berkemajuan?” Pertanyaan itu kemudian memancing tanggapan dan diskusi yang hangat dari peserta sosialisasi. (win)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar