CALEG PKB Takalar, Hasdar Sikki (berdiri), foto bersama salah seorang anak dari Karaeng Polongbangkeng, Alimuddin Karaeng Kawang (duduk paling kiri), Nursiah Daeng Ringgi (duduk tengah), dan Diana Karaeng Pati, di Desa Malewang, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar, Ahad, 30 Maret 2014. (Foto: Asnawin)
----------------
Kampanye Ala Caleg PKB Takalar (1):
Perhatikan Pejuang dan Keturunannya
Oleh: Asnawin
ALIMUDDIN Karaeng Kawang (70 tahun) bersama isteri (Nursiah Daeng Ringgi), dan salah seorang menantunnya (Diana Karaeng Pati) duduk-duduk santai di teras rumahnya, di Desa Malewang, Kecamatan Polongbangkeng Utara (Polut), Kabupaten Takalar, Ahad siang, 30 Maret 2014.
Saat asyik bercengkerama, tiba-tiba datang dua orang laki-laki berusia sekitar 50-an yang masing-masing mengendarai sepeda motor dan langsung memarkir kendaraan masing-masing di bawah pohon mangga besar di halaman rumah Alimuddin Karaeng Kawang.
Begitu mengenali siapa yang datang, ketiganya langsung tersenyum gembira mempersilakan kedua laki-laki tersebut duduk bersama mereka. Kedua laki-laki tersebut adalah Hasdar Sikki (wartawan Tabloid LINTAS yang maju sebagai calon legislator DPRD Kabupaten Takalar dari Partai Kebangkitan Bangsa/PKB) dan penulis (Asnawin).
Kami pun bersalam-salaman dan menanyakan kabar masing-masing. Tuan rumah mempersilakan kami masuk ke ruang tamu dan kami semua pun masuk.
Di dinding ruang tamu ada empat poster calon legislator dari empat parpol berbeda. Sambil bercanda tuan rumah mengatakan, Hasdar Sikki terlambat, karena baru datang, sedangkan caleg lain sudah silih berganti datang berkunjung.
“Kipammopporanga karaeng (sebutan kepada para ningrat atau orang-orang yang dihormati), nampama battu anne, mingka tenaja kutaeng kuterlemba’, katenapa tawwa na noddo’ (Maafkan saya Karaeng, karena saya baru datang, tetapi saya kira belum terlambat, karena belum waktunya untuk mencoblos),” kata Hasdar dalam Bahasa Makassar.
Hasdar Sikki adalah caleg PKB nomor urut 10, Daerah Pemilihan Takalar 1, yang meliputi Kecamatan Pattallassang, Kecamatan Polongbangkeng Utara (Polut), dan Kecamatan Polongbangkeng Selatang (Polsel).
Karena hawa terasa agak panas di ruang tamu, maka kami pun keluar kembali dan duduk di teras rumah Bapak Alimuddin yang sejuk, karena dikelilingi pohon-pohon besar. Rumah Bapak Alimuddin bersebelahan dengan rumah keponakannya, Diana Karaeng Pati.
Kami kemudian terlibat dalam pembicaraan santai seputar Pemilu legislatif 2014, dan lain-lain. Obrolan berlangsung dengan menggunakan Bahasa Makassar.
Ketika sedang asyik ngobrol-ngobrol, Nursiah Daeng Cenggi masuk ke dalam rumah dan tak lama kemudian keluar lagi dengan membawa nampang berisi beberapa cangkir kopi hangat dan kue.
Dalam obrolan itu, terungkap bahwa Alimuddin Karaeng Kawang adalah anak dari Karaeng Polongbangkeng, Majadi Karaeng Sila bergelar Karaeng Teayya.
Majadi Karaeng Sila adalah kakak kandung dari Padjonga Daeng Ngalle, salah seorang Pahlawan Nasional. Padjonga Daeng Ngalle diangkat menjadi Karaeng Polongbangkeng setelah Majadi Karaeng Sila melarikan diri ke dalam hutan karena tidak mau tunduk dan tidak mau bekerjasama dengan penjajah Belanda.
Sementara Hasdar Sikki adalah anak dari Abdullah Daeng Limpo (kelahiran 1923), pejuang kemerdekaan dan teman seperjuangan dari Ranggong Daeng Romo (Pahlawan Nasional asal Takalar).
“Meskipun sudah banyak yang datang, saya tetap senang, karena kamu datang tanpa embel-embel (Hasdar Sikki datang tanpa memakai pakaian dan atribut partai politik PKB, kecuali kartu nama),” kata pria kelahiran 12 Januari 1936, kepada Hasdar Sikki.
Pensiunan pegawai Departemen Agama Kabupaten Takalar dan mantan Imam Desa/Pembantu PPN (Pegawai Pencatat Nikah) Desa Malewang, kemudian menasehati Hasdar Sikki agar rajin shalat, termasuk rajin shalat dhuha dan shalat tahajjud.
Alimuddin mengatakan, dewasa ini banyak orang yang tidak lagi memperhatikan shalat lima waktu dan shalat sunnat, serta banyak orang yang tidak lagi menaruh hormat kepada orangtua, dan orang-orang yang patut dihormati.
“Generasi muda sekarang tidak lagi tertarik belajar sejarah perjuangan bangsa, sehingga mereka tidak kenal para pejuang kemerdekaan dan tentu saja mereka tidak mampu menghayati dan juga tidak memiliki sifat-sifat kejuangan. Akhirnya, mereka tidak menghormati para pejuang, apalagi keturunan pejuang seperti kami,” paparnya.
Dulu, kata Alimuddin, pernah ada kebijakan pemerintah bahwa anak-anak keturunan pejuang akan diberi kemudahan jika berminat menjadi pegawai negeri sipil (PNS), tetapi kebijakan itu sepertinya tidak lagi berlaku.
“Kalau kamu nanti terpilih menjadi anggota dewan (DPRD Takalar), tolong perhatikan para veteran dan keturunan pejuang,” kata Alimuddin kepada Hasdar Sikki.
Hasdar Sikki sebagai caleg PKB Takalar, juga diminta memperjuangkan pelayanan optimal kepada masyarakat di rumah sakit pemerintah.
“Sekarang ini, kalau ada orang sakit yang datang ke rumah sakit pemerintah untuk berobat, petugas rumah sakit tidak langsung memberikan pelayanan. Pelayanan sering dinomorduakan. Petugas rumah sakit biasanya langsung meminta surat-surat dan harus tuntas dulu administrasinya sebelum mereka memberikan pelayanan kepada orang sakit. Akibatnya, orang yang datang dalam keadaan sakit, makin menderita dan bertambah parah sakitnya karena terlambat diobati,” tutur Alimuddin.
Para kesempatan itu, kami juga sempat memancing kakek tua Alimuddin Karaeng Kawang bercerita tentang sejarah perjuangan kemerdekaan di Kabupaten Takalar dan dengan senang hati beliau bercerita.
Setelah berbincang sekitar satu setengah jam lamanya, kami pun pamit, tetapi sebelum pergi, kami sempat foto bersama. Setelah itu, mereka bertiga melepas kami dengan senyum gembira.
---------------
[Terima kasih atas kunjungan, komentar, serta kritik dan sarannya di blog "Sulawesi Selatan"]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar